Sahabat dan Cinta
Sahabat dan Cinta
Suasana kamar yang sepi tiba-tiba dikagetkan oleh jam weker yang berbunyi kencang, dengan segera Tammy mematikan jam wekernya itu. Ia pun langsung bergegas ke kamar mandi dan siap-siap berangkat sekolah, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00.
Sesudah itu ia pun menuju ruang makan dan hanya mengambil sepotong roti untuk disantapnya. Pada saat ia di garasi rumahnya, ia tidak melihat Pak Tarno supir pribadinya.
"Pak! Pak Tarno! Ayo dong cepat! Aku sudah telat nih." teriak Tammy dengan nada kesal.
"Maaf mba Tammy. Pak Tarnonya tadi pagi-pagi sekali pamit pulang kampung mba, karena anaknya sedang sakit mba." ujar Bi Minah yang tiba-tiba muncul disamping Tammy.
"Terus aku ke sekolah sama siapa dong?" tanya Tammy kebingungan.
"Kata papanya mba, mba naik angkutan umum saja." jawab Bi Minah.
"Hmm yasudah deh kalau begitu, aku naik taksi saja." ucap Tammy sembari melangkahkan kakinya keluar pintu rumahnya dan menunggu taksi kosong lewat.
Tammy adalah seorang anak kelas 2 SMA yang tingginya berukuran rata-rata pada gadis seumurannya, rambutnya panjang dan bergelombang, matanya bulat memancarkan keramahan, dan raut wajahnya yang sangat manis.
Ketika seseorang menatap wajah manisnya, orang itu akan berlama-lama melihatnya dan rasanya ingin melihat lagi. Dia termasuk cewek populer di sekolahnya yaitu salah satu sekolah swasta di Jakarta. Itulah sedikit tentang Tammy.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba berhenti sebuah mobil yang tidak asing lagi buat Tammy. Itu adalah mobil Billy, sahabat Tammy dari kecil hingga sekarang.
"Tam, mau bareng nggak?" tanya Billy yang membuka kaca mobil kirinya.
"Ah, iya deh gue bareng lu aja Bil, daripada gue telat karena nunggu taksi tapi nggak nongol-nongol daritadi." jawab Tammy dengan sedikit curhat.
"Yaudah naik lah." ucap Billy.
"Oke."
Bel masuk sekolah pun berbunyi, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing. Tammy duduk di kelas 11 IPA 1, sedangkan Billy 11 IPS 3. Mereka dulu waktu kelas 10 satu kelas, tapi mereka sekarang tidak sekelas, karena beda jurusan. Tammy sangat menginginkan masuk jurusan IPA karena ia ingin menjadi seorang dokter di salah satu Universitas negeri di Jakarta.
"Tam, cita-cita kamu apa?" tanya Billy waktu kecil.
"Hmm aku mau jadi dokter, biar bisa nyembuhin orang-orang." jawab Tammy yang benar-benar sangat menginginkan menjadi dokter.
"Kalau kamu Bil?" tanya Tammy gantian.
"Hmm aku masih belum tau nih cita-cita aku apa. Kayaknya aku jadi pilot aja deh. Hehe." jawab Billy dengan ragu.
Ketika bel pulang berbunyi tepatnya pukul 14.05, Billy buru-buru menghampiri Tammy di kelasnya. Sayangnya Billy tidak menemukan sosok teman masa kecilnya itu.
"Woy ada yang liat Tammy nggak?" tanya Billy kepada semua teman kelas Tammy yang berada disana.
"Tadi sih gue liat dia udah keluar, kayaknya sih dia mau ke perpus, sms aja." jawab salah satu teman kelas Tammy.
"Oh, oke. Makasih ya atas informasinya." ucap Billy dan langsung berlari menuju perpus.
Sesampainya Billy disana ia tetap tidak menemukan Tammy. Bahkan di perpustakaan tidak ada siapapun. Tiba-tiba hp Billy berbunyi, ternyata sms dari Tammy yang isinya
"Kenapa Bil? Kata temen kelas gue lu nyari gue tadi ke kelas? Kenapa emang? Kangen lu ya ama gue? hahaha." tanya Tammy di sms.
"Iya tadi gue ke kelas lu, nyari lu. Lu dimana sih? Gue cuma mau nanya ntar lu pulang mau bareng apa nggak ama gue? Kangen sama lu mah itu hal yang nggak mungkin." balas Billy.
"Hahaha masa sih nggak mungkin? Mungkin aja kali Bil. Emang lu nggak ada kegiatan apa dulu gitu di sekolah? Gue di kantin nih." tanya Tammy.
"Oh yaudah lu jangan kemana-mana ya! Gue kesana sekarang juga." balas Billy.
"Oke deh! Gue tunggu lu disini." itu adalah sms terakhir dari Tammy yang tidak dibalas oleh Billy karena sibuk lari.
Saat disana Billy langsung merangkul Tammy, yang sedang makan sendirian.
"Kok lu sendiri Tam? Nggak sama temen lu tuh?" tanya Billy.
"Temen gue tadi ada kok disini, tapi dia sekarang lagi ke toilet Bil." jawab Tammy.
"Ooo gitu toh, Hmm gumana lu jadi bareng ama gue nggak pulang?" tanya Billy.
"Emang lu udah nggak ada kegiatan lagi di sekolah Bil?" tanya Tammy.
"Udah nggak ada kok, palingan ntar jam 4 sore gue ke sini lagi buat latihan basket." jawab Billy.
"Oo yaudah kalau gitu pulangnya gue bareng deh sama lu, hehe." ucap Tammy sambil cengar-cengir.
Billy adalah cowok yang paling terkenal di sekolah, ia cowok yang cakep dan banyak disukai oleh anak perempuan. Ia juga adalah kapten basket sekolah, selain itu Billy juga termasuk pintar sebenarnya dia bisa masuk jurusan IPA tetapi dia tidak mau. Ia pernah menjuarai lomba Matematika se-Jakarta.
Sampai rumah Tammy, Billy mampir dulu karena dipaksa oleh Tammy. Bisa dibilang rumah Tammy juga sudah dianngap rumah Billy juga, begitu pun sebaliknya. Orang tua mereka sudah sangat akrab, mungkin lebih yaitu seperti saudara.
"Eh Bil kan bentar lagi kita ultah nih. Mau dirayain kayak gimana?" tanya Tammy yang sedang menaruh minum untuk Billy.
"Gimana kalau kita tahun ini rayainnya di luar kota terus nginep deh di villa?" jawab Billy.
"Hmm ide bagus sih, tapi kan kalau kayak gitu nggak bisa rame-rame dong Bil?" tanya Tammy bingung.
"Iya sih, yaudah kalau gitu kita ajak yang deket banget sama kita aja Tam. Lu ajak si Saskie gue ajak Roby. Gimana?" usul Billy.
"Ah ide bagus tuh, tapi tapi temen kita yang lain gimana Bil? Ntar mereka marah lagi sama kita." tanya Tammy panik.
"Mereka mah kita traktir di kantin sekolahan aja. Gitu aja kok repot. Dasar rempong lu. Haha." ledek Billy.
"Iiih Billy lu mah malah ngeledek gue." ucap Tammy ngambek sama Billy.
"Haha bercanda Tam, jangan ngambek dong. Oke? hehe peace deh gue." ujar Billy.
"Iya iya." ucap Tammy yang masih sedikit ngambek sama Billy.
Malam pun tiba, Tammy yang sehabis mandi pun berbaring di tempat tidurnya. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh sms dari Dimas, mantan Tammy 3 bulan yang lalu.
"Iiih ngapain nih orang sms gue?" tanya Tammy dalam hatinya.
Sms dari Dimas tidak dibalas oleh Tammy, karena ia sangat patah hati sama Dimas yang telah selingkuh dibelakangnya. Tidak lama kemudian Tammy mendapat sms lagi, kali ini dari Billy yang menanyakan besok Tammy mau bareng lagi apa nggak sama dia.
"Iya Bil, besok gue bareng lu lagi, berangkatnya kayak tadi aja ya Bil. Eh Bil masa si Dimas sms gue, tapi nggak gue bales Bil." balas Tammy.
"Oke deh, besok gue jemput lu kayak tadi pagi aja. Hah? Demi apa lu? Ciee kayaknya ada yang bakal CLBK nih. Ehem. Haha." balas Billy.
"Iiih apa sih lu Bil? Gue udah kapok sama dia, jadi gue nggak mau jatuh ke lobang yang sama ya Bil." balas Tammy dengan nada sedikit kesal.
"Haha iya deh maaf, maaf, maafin gue ya Tammy Aryani. Hehe. Yaudah lu nggak bales tuh sms dari dia?"
"Nggak Bil, gue males. Ntar disangka gue masih ngarep lagi sama dia."
"Ya nggak gitu juga kali Tam, siapa tau aja dia kangen sama lu. Haha."
"Mulai deh ngeledek lagi. Bukannya dia punya pacar ya?"
"Hmm yang gue denger-denger sih mereka udah putus Tam. Kenapa?"
"Oo pantes dia sms gue lagi, ternyata gue cuma dijadiin pelampiasan toh."
"Haha sabar ya Tam, dia kalau mainin lu lagi dan jadiin lu pelampiasan gue bakal habisin tuh dia."
"Hehe makasih ya Bil lu emang dah temen gue dari kecil yang baik hati dan tidak sombong."
"Oke tenang aja. Haha."
"Yaudah ya gue udah ngantuk nih, gue mau tidur duluan ya?"
"Yaudah lu tidur gih sana!"
"Oke. Daah."
"Daah. Have a nice dream."
Smsan antara Tammy dan Billy berakhir pada jam 1 pagi, itu juga karena Tammy yang sudah mengantuk jadi smsan pun berakhir.
"Sreeeeeekkkkk." suara khorden Tammy dibuka sama Bi Minah.
"Mba! Bangun mba! Sudah siang mba. Memangnya mba nggak sekolah?" ucap Bi Minah sambil menggoyang-goyangkan Tammy yang masih tertidur pulas.
Tammy tetap tidak terbangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Akhirnya Tammy tidak masuk hari ini. Pada saat Tammy terbangun dari tidurnya ia terkejut ketika melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 08.07. Tidak lama kemudian hp Tammy berdering, ternyata telepon dari Billy.
"Ada apa Bil?" tanya Tammy heran.
"Lu dimana Tam sekarang?" tanya Billy.
"Gue dirumah nih, kenapa?"
"Lu nggak sekolah? Sakit?"
"Nggak, gue telat bangun nih gara-gara semalem kita smsan sampe pagi."
"Hahaha sama dong kayak gue." ujar Billy sambil ketawa.
"Lu juga Bil? Gue kira lu lagi disekolah, makanya gue heran."
"Iyalah, gue aja baru bangun ini."
"Hahaha sama kita Bil."
"Eh lu dirumah sama siapa aja?"
"Bentar... Biiiiiiii!!!" teriak Tammy memanggil Bi Minah, tapi tak ada jawaban.
"Gimana Tam? Ada siapa aja?" tanya Billy.
"Sepertinya gue sendirian nih di rumah. Kenapa?"
"Ehem bisa kali gue main ke rumah lu?"
"Bisa lah."
"Oke. Satu jam lagi gue nyampe."
"Gue tunggu."
"Daaaahhhh."
Telepon pun ditutup. Tammy langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, agar waktu Billy datang dia sudah wangi dan nggak diledekin sama Billy.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, tapi Billy belum juga datang. Tammy sudah berkali-kali sms dan telepon hp nya Billy, tapi smsnya nggak dibalas telepon pun tak diangkat. Akhirnya Tammy menelepon rumahnya Billy.
"Halo selamat siang, ini siapa ya?" ujar Mbok Nunu pembantu rumah Billy.
"Ini aku Mbok, Tammy." jawab Tammy.
"Oooh non Tammy toh, ada apa ya non?"
"Billy mana sih Mbok?"
"Lah tadi dia bilang dia mau ke rumah non. Memangnya nggak ada non?"
"Nggak ada Mbok, saya udah nunggu daritadi tapi dia nggak dateng-dateng sampe sekarang."
"Udah dihubungi ke hp nya mas Billy mba?"
"Udah, tapi aku sms nggak di bales, aku telepon juga nggak diangkat."
"Haduh non saya nggak tau."
"Yaudah deh Mbok, kalau dia udah pulang bilangin ke dia aku marah sama dia."
"Iya non."
"Makasih ya Mbok."
"Sama-sama non."
Rasa khawatir di hati Tammy tidak berhenti sampai sekarang. Ia terus saja mondar-mandir kayak setrikaan di dalam rumahnya.
"Hmm mungkin Billy udah nyampe rumah kali ya. Terus dia kecapekan terus tidur jadi nggak sempet kabarin gue." pikir Tammy.
Tammy pun akhirnya memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia tidak ingin telat lagi seperti tadi pagi.
Bel sekolah berbunyi. Hari ini Tammy berangkat naik taksi, dan ia tidak telat datang ke sekolah. Dari tadi pagi ia belum melihat Billy.
"Kemana ya dia?" tanya Tammy dalam hatinya.
Waktu jam belajar Tammy sama sekali tidak memperhatikan semua pelajaran, di pikirannya hanyalah Billy yang sampai sekarang belum ada kabarnya. Hingga bel pulang pun Tammy juga tidak menyadarinya.
"Woy Tam! Lu nggak pulang? Apa mau nginep disini?" tegur Saskie teman Tammy dari kelas 1 dan sekarang pun juga masih.
"Hah? Apa?" ucap Tammy yang baru tersadar dari lamunannya.
"Lu nggak pulang?" tanya Saskie sambil menghela nafas karena temannya itu.
"Emang udah bel ya? Kok gue nggak tau sih?" tanya Tammy keheranan.
"Udah Tammy Aryani yang cantik, baik hati, dan tidak sombong. Ya jelaslah lu nggak tau, orang daritadi lu bengong mulu. Mikirin apa sih lu Tam?"
"Hehe maaf deh maaf. Gini Sas gue bingung deh kok hari ini Billy nggak ada ya? Kemaren juga dia katanya mau kerumah gue, tapi nggak dateng-dateng Sas. Jadi gue nggak tenang nih Sas." curhat Tammy.
"Ooo... si Billy toh gara-garanya. Iya, gue juga bingung deh kok Billy nggak ada ya? Udah lu tanya ke rumahnya belom Tam?"
"Kemaren sih gue udah bilang ke Mbok Nunu buat bilang ke Billy kalau dia udah nyampe rumah bilang gue marah sama dia. Tapi sampe sekarang nggak ada kabar dari dia Sas."
"Yaudah gimana kalau lu kerumahnya sekarang?" usul Saskie.
"Hmm iya juga ya. Yaudah yuk!" ajak Tammy.
"Gue nggak bisa Tam, gue ada les hari ini. Maaf ya!" ujar Saskie.
"Yaudah deh gue sendirian aja." ucap Tammy dan langsung pergi ke rumah Billy.
Saat Tammy sampai di depan rumah Billy, sepertinya di dalam sana tidak ada orang satu pun. Tammy memencet bel berkali-kali tidak ada yang keluar.
"Aduuuuh pada kemana sih nih?" tanya Tammy dalam hati.
Akhirnya dengan sangat terpaksa ia menelepon orang tua Billy. Lama menunggu teleponnya diangkat, diulang berkali-kali akhirnya teleponnya pun diangkat.
"Halo, Tante?" tanya Tammy.
"Iya Tam, kenapa?"
"Tan, Billy mana ya? Kok tadi dia nggak masuk sekolah ya tante?"
"Kamu nggak tau Tam?"
"Tau apa ya tante?"
"Billy kemaren kecelakaan, terus dia masuk rumah sakit Tam."
"Hah? Kecelakaan dimana tan?" tanya Tammy panik.
"Nggak jauh lah dari rumah kamu."
"Terus dia dirawat dimana tan?"
"Nanti tante sms kamu deh, sekarang tante lagi sibuk. Maaf ya Tam."
"Oohh iya nggak apa kok tan, adanya aku yang minta maaf karena udah ganggu tante."
"Yaudah ya. Dah." telepon dimatikan oleh mamanya Billy. Maklumlah namanya juga orang sibuk, pejabat gitu gimana nggak sibuk.
Tidak lama kemudian mamanya Billy pun sms alamat rumah sakit dimana teman masa kecilnya itu dirawat. Setelah menerima sms itu Tammy pun langsung menuju rumah sakit tersebut. Ia juga tidak lupa memberitahukan temannya Saskie dan teman Billy, Roby.
"Bil? Billy? Bangun dong Bil!" pinta Tammy pada Billy yang sudah koma selama 2 hari.
"Tam, tabah ya! Kita doain aja supaya dia bisa cepet sadar dari komanya." ucap Saskie.
"Iya Sas, tapi dia bisa kayak gini gara-gara gue. Gue yang bikin dia kayak gini." sesal Tammy.
"Lu nggak salah Tam! Nggak ada yang salah disini, ini murni kecelekaan yang udah diatur sama Tuhan Tam. Lu harus terima ini semua Tam!" ucap Saskie yang menasehati Tammy.
"Sas, Rob... tinggalin gue disini sendiri! Gue cuma pengen berdua sama Billy. Bisa kan?" pinta Tammy pada Saskie dan Roby.
"Iya Tam, kita berdua keluar. Lu yang tabah ya!" ucap Saskie. Lalu ia dan Roby beranjak pergi keluar dari ruangan Billy.
Setelah Saskie dan Roby keluar dari ruangan Billy, Tammy terus saja menangis di samping tempat tidur Billy. Setelah menangis semalaman Tammy pun akhirnya tertidur di samping Billy. Tiba-tiba waktu tengah malam Tammy terbangun karena mendengar suara Billy yang memanggilnya.
"Tam! Tam!" ucap Billy yang baru sadar dari komanya.
"Billy? Billy lu udah sadar? Yaampun Billy gue seneng banget lu udah sadar!" ucap Tammy kegirangan.
"Iya Tam, gue udah sadar. Hehe. Maaf ya kalau udah bikin lu sedih!"
"Iya Bil nggak apa-apa kok! Yang penting sekarang lu udah sadar. Hehe."
"Tam, ada yang pengen gue omongin sama lu."
"Apa Bil? Ngomong aja!"
"Tapi janji ya lu nggak bakal marah kalau gue ngomong gini?"
"Iya deh gue janji. Emang lu mau ngomong apa sih?"
"Janji?"
"Iyaaaaa Billy!"
"Gue sebenarnya dari dulu hmm... sa... hmm..."
"Apaan sih Bil? Sa apa?"
"Gue sebenarnya dari dulu sayang Tam sama lu. Bukan sayang antar sahabat gue atau sayang antar kakak-adik tapi gue sayang sama lu sebagai cowok yang menyayangi seorang cewek Tam. Lu nggak marah kan Tam?"
"Hah? Lu ngomong apa sih Bil? Gue rasa lu ngigo deh nih."
"Nggak Tam! Gue beneran! Gue serius kalau gue bener-bener sayang sama lu."
"Please Bil, jangan bercanda ah!"
"Gue nggak bercanda! Gue serius!"
"Tapi kan Bil kita udah sahabatan dari kecil, masa lu tega sih ngerusak ini semua dengan lu ngomong kayak gitu?"
"Gue minta maaf Tam, karena gue udah nyimpen perasaan ini gue juga nggak mau Tam merusak semuanya. Tapi, gue nggak bisa bohongin perasaan gue Tam. Gue bener-bener sayang sama lu."
"Hiks... Hiks... Bil sumpah ya lu tega banget!"
"Tam! Gue juga udah pernah mencoba untuk menghilangkan perasaan ini, tapi tetep aja nggak akan pernah berubah. Gue tetep sayang sama lu lebih dari sahabat Tam."
"Yaudah iya iya gue ngerti kok. Mending sekarang lu istirahat gih, lu kan baru sadar."
"Makasih ya Tam udah mau ngertiin gue." kata Billy sebelum ia menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Tetapi Tammy masih belum tau bahwa Billy sudah tiada.
Tiba-tiba tengah malam Tammy mendapat kabar dari ibunya Billy bahwa Billy sudah tiada. Tammy awalnya masih belum percaya pada ucapan ibunya Billy, lalu ia pun langsung memastikannya dengan cara pergi ke rumah sakit dan melihat Billy masih ada atau sudah tiada.
Pagi nya Billy dipulangkan kerumah, dan ia akan dimakamkan pagi itu juga. Perasaan Tammy campur aduk sekarang sedih, shock, menyesal, dan kesal pada dirinya sendiri. Sepanjang pemakaman ia terus menangis.
"Tam, tabah Tam." hibur Saskie.
"Hiks... Gue nyesel banget Sas." isak Tammy.
"Yaudahlah Tam, jangan disesalkan! Orangnya udah tiada ngapain lu sesalin lagi coba? Malah kalau lu kayak gini malah bikin dia gak tenang disana." ucap Saskie.
"Iya bener juga ya apa kata lu Sas." kata Tammy yang sudah mulai tenang.
Keesokan hari, dan seterusnya Tammy pun menjalani harinya seperti biasa.
Suasana kamar yang sepi tiba-tiba dikagetkan oleh jam weker yang berbunyi kencang, dengan segera Tammy mematikan jam wekernya itu. Ia pun langsung bergegas ke kamar mandi dan siap-siap berangkat sekolah, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00.
Sesudah itu ia pun menuju ruang makan dan hanya mengambil sepotong roti untuk disantapnya. Pada saat ia di garasi rumahnya, ia tidak melihat Pak Tarno supir pribadinya.
"Pak! Pak Tarno! Ayo dong cepat! Aku sudah telat nih." teriak Tammy dengan nada kesal.
"Maaf mba Tammy. Pak Tarnonya tadi pagi-pagi sekali pamit pulang kampung mba, karena anaknya sedang sakit mba." ujar Bi Minah yang tiba-tiba muncul disamping Tammy.
"Terus aku ke sekolah sama siapa dong?" tanya Tammy kebingungan.
"Kata papanya mba, mba naik angkutan umum saja." jawab Bi Minah.
"Hmm yasudah deh kalau begitu, aku naik taksi saja." ucap Tammy sembari melangkahkan kakinya keluar pintu rumahnya dan menunggu taksi kosong lewat.
Tammy adalah seorang anak kelas 2 SMA yang tingginya berukuran rata-rata pada gadis seumurannya, rambutnya panjang dan bergelombang, matanya bulat memancarkan keramahan, dan raut wajahnya yang sangat manis.
Ketika seseorang menatap wajah manisnya, orang itu akan berlama-lama melihatnya dan rasanya ingin melihat lagi. Dia termasuk cewek populer di sekolahnya yaitu salah satu sekolah swasta di Jakarta. Itulah sedikit tentang Tammy.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba berhenti sebuah mobil yang tidak asing lagi buat Tammy. Itu adalah mobil Billy, sahabat Tammy dari kecil hingga sekarang.
"Tam, mau bareng nggak?" tanya Billy yang membuka kaca mobil kirinya.
"Ah, iya deh gue bareng lu aja Bil, daripada gue telat karena nunggu taksi tapi nggak nongol-nongol daritadi." jawab Tammy dengan sedikit curhat.
"Yaudah naik lah." ucap Billy.
"Oke."
Bel masuk sekolah pun berbunyi, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing. Tammy duduk di kelas 11 IPA 1, sedangkan Billy 11 IPS 3. Mereka dulu waktu kelas 10 satu kelas, tapi mereka sekarang tidak sekelas, karena beda jurusan. Tammy sangat menginginkan masuk jurusan IPA karena ia ingin menjadi seorang dokter di salah satu Universitas negeri di Jakarta.
"Tam, cita-cita kamu apa?" tanya Billy waktu kecil.
"Hmm aku mau jadi dokter, biar bisa nyembuhin orang-orang." jawab Tammy yang benar-benar sangat menginginkan menjadi dokter.
"Kalau kamu Bil?" tanya Tammy gantian.
"Hmm aku masih belum tau nih cita-cita aku apa. Kayaknya aku jadi pilot aja deh. Hehe." jawab Billy dengan ragu.
Ketika bel pulang berbunyi tepatnya pukul 14.05, Billy buru-buru menghampiri Tammy di kelasnya. Sayangnya Billy tidak menemukan sosok teman masa kecilnya itu.
"Woy ada yang liat Tammy nggak?" tanya Billy kepada semua teman kelas Tammy yang berada disana.
"Tadi sih gue liat dia udah keluar, kayaknya sih dia mau ke perpus, sms aja." jawab salah satu teman kelas Tammy.
"Oh, oke. Makasih ya atas informasinya." ucap Billy dan langsung berlari menuju perpus.
Sesampainya Billy disana ia tetap tidak menemukan Tammy. Bahkan di perpustakaan tidak ada siapapun. Tiba-tiba hp Billy berbunyi, ternyata sms dari Tammy yang isinya
"Kenapa Bil? Kata temen kelas gue lu nyari gue tadi ke kelas? Kenapa emang? Kangen lu ya ama gue? hahaha." tanya Tammy di sms.
"Iya tadi gue ke kelas lu, nyari lu. Lu dimana sih? Gue cuma mau nanya ntar lu pulang mau bareng apa nggak ama gue? Kangen sama lu mah itu hal yang nggak mungkin." balas Billy.
"Hahaha masa sih nggak mungkin? Mungkin aja kali Bil. Emang lu nggak ada kegiatan apa dulu gitu di sekolah? Gue di kantin nih." tanya Tammy.
"Oh yaudah lu jangan kemana-mana ya! Gue kesana sekarang juga." balas Billy.
"Oke deh! Gue tunggu lu disini." itu adalah sms terakhir dari Tammy yang tidak dibalas oleh Billy karena sibuk lari.
Saat disana Billy langsung merangkul Tammy, yang sedang makan sendirian.
"Kok lu sendiri Tam? Nggak sama temen lu tuh?" tanya Billy.
"Temen gue tadi ada kok disini, tapi dia sekarang lagi ke toilet Bil." jawab Tammy.
"Ooo gitu toh, Hmm gumana lu jadi bareng ama gue nggak pulang?" tanya Billy.
"Emang lu udah nggak ada kegiatan lagi di sekolah Bil?" tanya Tammy.
"Udah nggak ada kok, palingan ntar jam 4 sore gue ke sini lagi buat latihan basket." jawab Billy.
"Oo yaudah kalau gitu pulangnya gue bareng deh sama lu, hehe." ucap Tammy sambil cengar-cengir.
Billy adalah cowok yang paling terkenal di sekolah, ia cowok yang cakep dan banyak disukai oleh anak perempuan. Ia juga adalah kapten basket sekolah, selain itu Billy juga termasuk pintar sebenarnya dia bisa masuk jurusan IPA tetapi dia tidak mau. Ia pernah menjuarai lomba Matematika se-Jakarta.
Sampai rumah Tammy, Billy mampir dulu karena dipaksa oleh Tammy. Bisa dibilang rumah Tammy juga sudah dianngap rumah Billy juga, begitu pun sebaliknya. Orang tua mereka sudah sangat akrab, mungkin lebih yaitu seperti saudara.
"Eh Bil kan bentar lagi kita ultah nih. Mau dirayain kayak gimana?" tanya Tammy yang sedang menaruh minum untuk Billy.
"Gimana kalau kita tahun ini rayainnya di luar kota terus nginep deh di villa?" jawab Billy.
"Hmm ide bagus sih, tapi kan kalau kayak gitu nggak bisa rame-rame dong Bil?" tanya Tammy bingung.
"Iya sih, yaudah kalau gitu kita ajak yang deket banget sama kita aja Tam. Lu ajak si Saskie gue ajak Roby. Gimana?" usul Billy.
"Ah ide bagus tuh, tapi tapi temen kita yang lain gimana Bil? Ntar mereka marah lagi sama kita." tanya Tammy panik.
"Mereka mah kita traktir di kantin sekolahan aja. Gitu aja kok repot. Dasar rempong lu. Haha." ledek Billy.
"Iiih Billy lu mah malah ngeledek gue." ucap Tammy ngambek sama Billy.
"Haha bercanda Tam, jangan ngambek dong. Oke? hehe peace deh gue." ujar Billy.
"Iya iya." ucap Tammy yang masih sedikit ngambek sama Billy.
Malam pun tiba, Tammy yang sehabis mandi pun berbaring di tempat tidurnya. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh sms dari Dimas, mantan Tammy 3 bulan yang lalu.
"Iiih ngapain nih orang sms gue?" tanya Tammy dalam hatinya.
Sms dari Dimas tidak dibalas oleh Tammy, karena ia sangat patah hati sama Dimas yang telah selingkuh dibelakangnya. Tidak lama kemudian Tammy mendapat sms lagi, kali ini dari Billy yang menanyakan besok Tammy mau bareng lagi apa nggak sama dia.
"Iya Bil, besok gue bareng lu lagi, berangkatnya kayak tadi aja ya Bil. Eh Bil masa si Dimas sms gue, tapi nggak gue bales Bil." balas Tammy.
"Oke deh, besok gue jemput lu kayak tadi pagi aja. Hah? Demi apa lu? Ciee kayaknya ada yang bakal CLBK nih. Ehem. Haha." balas Billy.
"Iiih apa sih lu Bil? Gue udah kapok sama dia, jadi gue nggak mau jatuh ke lobang yang sama ya Bil." balas Tammy dengan nada sedikit kesal.
"Haha iya deh maaf, maaf, maafin gue ya Tammy Aryani. Hehe. Yaudah lu nggak bales tuh sms dari dia?"
"Nggak Bil, gue males. Ntar disangka gue masih ngarep lagi sama dia."
"Ya nggak gitu juga kali Tam, siapa tau aja dia kangen sama lu. Haha."
"Mulai deh ngeledek lagi. Bukannya dia punya pacar ya?"
"Hmm yang gue denger-denger sih mereka udah putus Tam. Kenapa?"
"Oo pantes dia sms gue lagi, ternyata gue cuma dijadiin pelampiasan toh."
"Haha sabar ya Tam, dia kalau mainin lu lagi dan jadiin lu pelampiasan gue bakal habisin tuh dia."
"Hehe makasih ya Bil lu emang dah temen gue dari kecil yang baik hati dan tidak sombong."
"Oke tenang aja. Haha."
"Yaudah ya gue udah ngantuk nih, gue mau tidur duluan ya?"
"Yaudah lu tidur gih sana!"
"Oke. Daah."
"Daah. Have a nice dream."
Smsan antara Tammy dan Billy berakhir pada jam 1 pagi, itu juga karena Tammy yang sudah mengantuk jadi smsan pun berakhir.
"Sreeeeeekkkkk." suara khorden Tammy dibuka sama Bi Minah.
"Mba! Bangun mba! Sudah siang mba. Memangnya mba nggak sekolah?" ucap Bi Minah sambil menggoyang-goyangkan Tammy yang masih tertidur pulas.
Tammy tetap tidak terbangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Akhirnya Tammy tidak masuk hari ini. Pada saat Tammy terbangun dari tidurnya ia terkejut ketika melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 08.07. Tidak lama kemudian hp Tammy berdering, ternyata telepon dari Billy.
"Ada apa Bil?" tanya Tammy heran.
"Lu dimana Tam sekarang?" tanya Billy.
"Gue dirumah nih, kenapa?"
"Lu nggak sekolah? Sakit?"
"Nggak, gue telat bangun nih gara-gara semalem kita smsan sampe pagi."
"Hahaha sama dong kayak gue." ujar Billy sambil ketawa.
"Lu juga Bil? Gue kira lu lagi disekolah, makanya gue heran."
"Iyalah, gue aja baru bangun ini."
"Hahaha sama kita Bil."
"Eh lu dirumah sama siapa aja?"
"Bentar... Biiiiiiii!!!" teriak Tammy memanggil Bi Minah, tapi tak ada jawaban.
"Gimana Tam? Ada siapa aja?" tanya Billy.
"Sepertinya gue sendirian nih di rumah. Kenapa?"
"Ehem bisa kali gue main ke rumah lu?"
"Bisa lah."
"Oke. Satu jam lagi gue nyampe."
"Gue tunggu."
"Daaaahhhh."
Telepon pun ditutup. Tammy langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, agar waktu Billy datang dia sudah wangi dan nggak diledekin sama Billy.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, tapi Billy belum juga datang. Tammy sudah berkali-kali sms dan telepon hp nya Billy, tapi smsnya nggak dibalas telepon pun tak diangkat. Akhirnya Tammy menelepon rumahnya Billy.
"Halo selamat siang, ini siapa ya?" ujar Mbok Nunu pembantu rumah Billy.
"Ini aku Mbok, Tammy." jawab Tammy.
"Oooh non Tammy toh, ada apa ya non?"
"Billy mana sih Mbok?"
"Lah tadi dia bilang dia mau ke rumah non. Memangnya nggak ada non?"
"Nggak ada Mbok, saya udah nunggu daritadi tapi dia nggak dateng-dateng sampe sekarang."
"Udah dihubungi ke hp nya mas Billy mba?"
"Udah, tapi aku sms nggak di bales, aku telepon juga nggak diangkat."
"Haduh non saya nggak tau."
"Yaudah deh Mbok, kalau dia udah pulang bilangin ke dia aku marah sama dia."
"Iya non."
"Makasih ya Mbok."
"Sama-sama non."
Rasa khawatir di hati Tammy tidak berhenti sampai sekarang. Ia terus saja mondar-mandir kayak setrikaan di dalam rumahnya.
"Hmm mungkin Billy udah nyampe rumah kali ya. Terus dia kecapekan terus tidur jadi nggak sempet kabarin gue." pikir Tammy.
Tammy pun akhirnya memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia tidak ingin telat lagi seperti tadi pagi.
Bel sekolah berbunyi. Hari ini Tammy berangkat naik taksi, dan ia tidak telat datang ke sekolah. Dari tadi pagi ia belum melihat Billy.
"Kemana ya dia?" tanya Tammy dalam hatinya.
Waktu jam belajar Tammy sama sekali tidak memperhatikan semua pelajaran, di pikirannya hanyalah Billy yang sampai sekarang belum ada kabarnya. Hingga bel pulang pun Tammy juga tidak menyadarinya.
"Woy Tam! Lu nggak pulang? Apa mau nginep disini?" tegur Saskie teman Tammy dari kelas 1 dan sekarang pun juga masih.
"Hah? Apa?" ucap Tammy yang baru tersadar dari lamunannya.
"Lu nggak pulang?" tanya Saskie sambil menghela nafas karena temannya itu.
"Emang udah bel ya? Kok gue nggak tau sih?" tanya Tammy keheranan.
"Udah Tammy Aryani yang cantik, baik hati, dan tidak sombong. Ya jelaslah lu nggak tau, orang daritadi lu bengong mulu. Mikirin apa sih lu Tam?"
"Hehe maaf deh maaf. Gini Sas gue bingung deh kok hari ini Billy nggak ada ya? Kemaren juga dia katanya mau kerumah gue, tapi nggak dateng-dateng Sas. Jadi gue nggak tenang nih Sas." curhat Tammy.
"Ooo... si Billy toh gara-garanya. Iya, gue juga bingung deh kok Billy nggak ada ya? Udah lu tanya ke rumahnya belom Tam?"
"Kemaren sih gue udah bilang ke Mbok Nunu buat bilang ke Billy kalau dia udah nyampe rumah bilang gue marah sama dia. Tapi sampe sekarang nggak ada kabar dari dia Sas."
"Yaudah gimana kalau lu kerumahnya sekarang?" usul Saskie.
"Hmm iya juga ya. Yaudah yuk!" ajak Tammy.
"Gue nggak bisa Tam, gue ada les hari ini. Maaf ya!" ujar Saskie.
"Yaudah deh gue sendirian aja." ucap Tammy dan langsung pergi ke rumah Billy.
Saat Tammy sampai di depan rumah Billy, sepertinya di dalam sana tidak ada orang satu pun. Tammy memencet bel berkali-kali tidak ada yang keluar.
"Aduuuuh pada kemana sih nih?" tanya Tammy dalam hati.
Akhirnya dengan sangat terpaksa ia menelepon orang tua Billy. Lama menunggu teleponnya diangkat, diulang berkali-kali akhirnya teleponnya pun diangkat.
"Halo, Tante?" tanya Tammy.
"Iya Tam, kenapa?"
"Tan, Billy mana ya? Kok tadi dia nggak masuk sekolah ya tante?"
"Kamu nggak tau Tam?"
"Tau apa ya tante?"
"Billy kemaren kecelakaan, terus dia masuk rumah sakit Tam."
"Hah? Kecelakaan dimana tan?" tanya Tammy panik.
"Nggak jauh lah dari rumah kamu."
"Terus dia dirawat dimana tan?"
"Nanti tante sms kamu deh, sekarang tante lagi sibuk. Maaf ya Tam."
"Oohh iya nggak apa kok tan, adanya aku yang minta maaf karena udah ganggu tante."
"Yaudah ya. Dah." telepon dimatikan oleh mamanya Billy. Maklumlah namanya juga orang sibuk, pejabat gitu gimana nggak sibuk.
Tidak lama kemudian mamanya Billy pun sms alamat rumah sakit dimana teman masa kecilnya itu dirawat. Setelah menerima sms itu Tammy pun langsung menuju rumah sakit tersebut. Ia juga tidak lupa memberitahukan temannya Saskie dan teman Billy, Roby.
"Bil? Billy? Bangun dong Bil!" pinta Tammy pada Billy yang sudah koma selama 2 hari.
"Tam, tabah ya! Kita doain aja supaya dia bisa cepet sadar dari komanya." ucap Saskie.
"Iya Sas, tapi dia bisa kayak gini gara-gara gue. Gue yang bikin dia kayak gini." sesal Tammy.
"Lu nggak salah Tam! Nggak ada yang salah disini, ini murni kecelekaan yang udah diatur sama Tuhan Tam. Lu harus terima ini semua Tam!" ucap Saskie yang menasehati Tammy.
"Sas, Rob... tinggalin gue disini sendiri! Gue cuma pengen berdua sama Billy. Bisa kan?" pinta Tammy pada Saskie dan Roby.
"Iya Tam, kita berdua keluar. Lu yang tabah ya!" ucap Saskie. Lalu ia dan Roby beranjak pergi keluar dari ruangan Billy.
Setelah Saskie dan Roby keluar dari ruangan Billy, Tammy terus saja menangis di samping tempat tidur Billy. Setelah menangis semalaman Tammy pun akhirnya tertidur di samping Billy. Tiba-tiba waktu tengah malam Tammy terbangun karena mendengar suara Billy yang memanggilnya.
"Tam! Tam!" ucap Billy yang baru sadar dari komanya.
"Billy? Billy lu udah sadar? Yaampun Billy gue seneng banget lu udah sadar!" ucap Tammy kegirangan.
"Iya Tam, gue udah sadar. Hehe. Maaf ya kalau udah bikin lu sedih!"
"Iya Bil nggak apa-apa kok! Yang penting sekarang lu udah sadar. Hehe."
"Tam, ada yang pengen gue omongin sama lu."
"Apa Bil? Ngomong aja!"
"Tapi janji ya lu nggak bakal marah kalau gue ngomong gini?"
"Iya deh gue janji. Emang lu mau ngomong apa sih?"
"Janji?"
"Iyaaaaa Billy!"
"Gue sebenarnya dari dulu hmm... sa... hmm..."
"Apaan sih Bil? Sa apa?"
"Gue sebenarnya dari dulu sayang Tam sama lu. Bukan sayang antar sahabat gue atau sayang antar kakak-adik tapi gue sayang sama lu sebagai cowok yang menyayangi seorang cewek Tam. Lu nggak marah kan Tam?"
"Hah? Lu ngomong apa sih Bil? Gue rasa lu ngigo deh nih."
"Nggak Tam! Gue beneran! Gue serius kalau gue bener-bener sayang sama lu."
"Please Bil, jangan bercanda ah!"
"Gue nggak bercanda! Gue serius!"
"Tapi kan Bil kita udah sahabatan dari kecil, masa lu tega sih ngerusak ini semua dengan lu ngomong kayak gitu?"
"Gue minta maaf Tam, karena gue udah nyimpen perasaan ini gue juga nggak mau Tam merusak semuanya. Tapi, gue nggak bisa bohongin perasaan gue Tam. Gue bener-bener sayang sama lu."
"Hiks... Hiks... Bil sumpah ya lu tega banget!"
"Tam! Gue juga udah pernah mencoba untuk menghilangkan perasaan ini, tapi tetep aja nggak akan pernah berubah. Gue tetep sayang sama lu lebih dari sahabat Tam."
"Yaudah iya iya gue ngerti kok. Mending sekarang lu istirahat gih, lu kan baru sadar."
"Makasih ya Tam udah mau ngertiin gue." kata Billy sebelum ia menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Tetapi Tammy masih belum tau bahwa Billy sudah tiada.
Tiba-tiba tengah malam Tammy mendapat kabar dari ibunya Billy bahwa Billy sudah tiada. Tammy awalnya masih belum percaya pada ucapan ibunya Billy, lalu ia pun langsung memastikannya dengan cara pergi ke rumah sakit dan melihat Billy masih ada atau sudah tiada.
Pagi nya Billy dipulangkan kerumah, dan ia akan dimakamkan pagi itu juga. Perasaan Tammy campur aduk sekarang sedih, shock, menyesal, dan kesal pada dirinya sendiri. Sepanjang pemakaman ia terus menangis.
"Tam, tabah Tam." hibur Saskie.
"Hiks... Gue nyesel banget Sas." isak Tammy.
"Yaudahlah Tam, jangan disesalkan! Orangnya udah tiada ngapain lu sesalin lagi coba? Malah kalau lu kayak gini malah bikin dia gak tenang disana." ucap Saskie.
"Iya bener juga ya apa kata lu Sas." kata Tammy yang sudah mulai tenang.
Keesokan hari, dan seterusnya Tammy pun menjalani harinya seperti biasa.